Jika hewan & orang mati pun juga memiliki liver, jantung, dan otak, lantas apa bedanya ? Qolbu bukanlah hati secara fisik. Melainkan qolbu adalah sesuatu yang berhubungan dengan jiwa, nafsu, dan akal yang sifatnya ghaib.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Tujuan utama pembahasan seluk beluk manusia, mengenal diri sendiri adalah agar lebih mengenal
Sang Pencipta, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى , sehingga kita berharap bisa menjadi makhluk-Nya yang aḥsanu
‘amalā, di sisi lain kita
mengenal Sang Pencipta dari Utusan-Utusan-Nya, dan Utusan-Nya yang paripurna
dan paling sempurna adalah Nabi Muhammad, Rasulullah ﷺ.
Pada artikel-artikel yang telah lalu kita telah membahas tentang Akal & Qolbu :
Artikel kali ini mari kita membahas tentang : "Bagaimana cara kerja Akal & Qolbu menurut Ajaran Islam". Akal dan Qolbu tidak bisa bekerja bila tidak dibantu oleh konsep ilmu. Kata “ علم “dalam Al-Qur’an dalam berbagai makna dan arti, disebut sebanyak 871 kali. Untuk memahami berbagai isyarat dan perumpaan yang disebutkan dalam berbagai ayat di dalam Al-Qur’an memerlukan ilmu untuk memahaminya.
Ilmu adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang dititipkan kepada manusia untuk dipelajari, dimengerti & difahami, yang akhirnya untuk dipraktekkan demi kemakmuran dunia & isinya, sesuai dengan fitrahnya diciptakan Tuhan Yang Maha Perkasa, yaitu sebagai 'Pemimpin di muka Bumi".
Menurut seorang Ulama Tafsir : Prof. Quraish Shihab, dalam bukunya : Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i, kata Aql (akal) tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dari segi bahasa, pada mulanya berarti: tali pengikat, atau menghalangi, misalnya : Al-Qur’an digunakan bagi “Suatu yang mengikat kesalahan atau dosa”. Apakah sesuatu itu? Al-Qur’an tidak menjelaskan secara eksplisit, namun dari kontek ayat-ayat yang menggunakan kata Aql dapat difahami bahwa ia antara lain adalah :
1. Kemampuan memahami dan menggambar sesuatu.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Ankabut :
وَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِۚ وَمَا يَعْقِلُهَآ اِلَّا الْعٰلِمُوْنَ
Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia. Namun, tidak ada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu. QS. Al Ankabut [29] : 43.
Daya pemahaman masing-masing manusia dalam hal ini berbeda-beda. Ini diisyaratkan Al-Qur’an antara lain dalam ayat-ayat yang membicarakan tentang kejadian langit dan bumi, siklus pergantian siang dan malam, perkisaran angin, turunnya hujan, dll. Adalah suatu kenyataan yang sangat jelas terpampang dihadapan manusia yang dinyatakan sebagai bukti-bukti kebesaran Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bagi orang-orang yang berakal, sebagaimana tercantum dalam salah satu firman-Nya berikut :
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,47) bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti. QS. Al Baqarah [2] : 164
Bagaimana pula ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memanggil manusia dengan Ulil Abshar, Ulil Albab, Ulin Nuha ? Beberapa sebutan manusia yang ada hubungannya dengan ilmu. Apa maksud ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebut manusia dengan Ulil-Albab dalam arti dan terjemahan adalah sama : orang berilmu, akan tetapi ternyata secara makna mengadung pengertian yang lebih tajam dan mendalam dari sekadar orang yang memiliki pengetahuan.
Baca juga :
Keanekagaraaman Akal dalam kontek menarik makna dan menyimpulkannya terlihat juga dari penggunaan istilah-istilah semacam Nazhara, Tafakkur, dan sebagainya yang semuanya mengandung makna yang mengantar kepada pengertian dan kemampuan memahami.
2. Dorongan moral.
Sebagaimana firman-Nya pada :
قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar.266) Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti. QS. Al An'am [6] : 151.
3. Kemampuan untuk mengambil petunjuk jalan yang benar
Untuk maksud ini biasanya digunakan kata Rusyd. Daya ini menggabungkan kedua daya (no. 1 & no. 2) diatas, sehingga ia mengandung daya memahami, daya menganalisis, kematangan berfikir, mawas diri dan akhirnya mampu menyimpulkan, sehingga terjadi dorongan untuk melakukan suatu tindakan yang bermoral.
Seorang
yang memiliki dorongan moral, boleh jadi tidak memiliki daya nalar yang kuat, akan tetapi seseorang yang memiliki Rusyd, maka ia
telah menggabungkan kedua keistimewaan tersebut.
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79) dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Sedangkan kata Qolb, menurut Prof. Quraish Shihab, terambil dari akar kata yang bermakna membalik karena seringkali ia berbolak karena seringkali ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak. Qolb amat berpotensi untuk tidak konsisten. Al-Qur’an pun menggambarkan demikian, ada yang baik, ada pula yang sebaliknya. Akan tetapi di dalam qolbu manusia terdapat juga titik rububiyah.
Menurut Ulama Tasawuf seperti Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i, lebih kita kenal dengan nama Imam Al Ghazali, hakikat Manusia itu ada pada tajalli wahdaniyah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Maksudnya adalah : yang mampu mengerti tentang ke Esa-an Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى itu adalah qolbu. Qolbu merupakan titik halus yang bersifat rabbaniyah [mengatur/teratur]. Rabbani juga bisa diartikan sebagai titik alat rububiyah.
Kolaborasi Aql & Qolbu menurut Ajaran Islam
Disini kita memakai istilah : kolaborasi, saling menutupi kekurangan masing-masing bertujuan menggapai kebaikan. Kita tidak memakai istilah kerjasama, karena kerjasama bisa dalam kebaikan maupun keburukan.
Dalam menjalankan kreasi hidupnya, Akal didorong oleh Qolbu (niat) menjalankan kehidupan di muka bumi ini. Itulah hakekat tugas kerja Akal & Qolbu sebagai Khalifatul Fil Ardh menjalankan kewajiban-kewajiban (ibadah) sebagai makhluk dari Penciptanya, yaitu Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam filsafat Islam, qalb (Arab: قلب) atau hati merupakan pusat kepribadian manusia. Al-Qur'an menyebutkan "qalb" sebanyak 132 kali dan makna dasarnya menunjukkan bahwa hati selalu dalam keadaan bergerak dan bertransformasi.
Qolb amat berpotensi untuk tidak konsisten, ketika Qolbu berada pada titik terendah/terburuk/emosional/amarah/nafsu syahwat, maka akal pikiran dengan kemampuan mengingat, rasio & logika yang dimiliknya akan menguatkan keadaan yang sedang "terpuruk" itu kembali ke keadaan normalnya. sedangkan Qolbu Rabbaniyah-nya akan membimbing untuk menjadi kuat dan berusaha mendekat kepada Sang Penciptanya. Inilah yang dalam Ajaran Islam disebut sebagai : Rahmat Sang Pencipta kepada semua manusia, diberikan kepada mereka yang beriman maupun kepada yang kafir sekalipun.
Baca juga :
Qolbu pada manusia inilah yang mampu mengenal Penciptanya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan qolbu pulalah yang diberi ilmu pengetahuan, dimana ketika pikiran [otak : mengingat, logika & rasio] dan khayalan [membayangkan atau berkhayal] manusia tidak mampu menembusnya, [ maksudnya : pikiran manusia tidak akan pernah mampu membayangkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ], akan tetapi Qolbu mampu menembusnya, karena qolbu bisa merasakan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Inilah hakikat insan/manusia sesungguhnya.
Sederhananya, ketika kita ingin mengingat nama seseorang, saat itulah kita menggunakan akal pikiran. Ketika kita ingin memahami seseorang, yang kita gunakan adalah akal qolbu. Secara biologis antara : otak, jantung, dan liver akan berkolaborasi dan saling mempengaruhi dalam sebuah tubuh, mesin canggih yang bernama : manusia.
Sebagai contoh kalau dalam agama Islam, ketika kita belajar menghafal ayat-ayat dalam Al Qur'an, maka memori yang secara biologis ada di otak kita gunakan, demikian pula ketika kita menterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Ketika kemudian kita ingin dalam memahami ayat-ayat yang terkandung dalam Al Qur'an, kita menggunakan : rasa [baca : perasaan yang ada di hati], dimana pada blog ini sering kita sebut dengan qolbu.
Para ilmuwan membedakan antara rasa dan perasaan : rasa adalah hal yang bersifat fisik dan batin. Sedangkan hati adalah pusat perasaan, ada di dalam jiwa yang mengontrol semua rasa yang berkaitan dengan batin atau kejiwaan
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.