Mengamalkan surat Al-Faatihah adalah salah satu upaya dalam mengkondisikan niat kita agar lurus. Dengan niat yang lurus, kita tidak akan salah melangkah, dan tujuan pun akan menjadi benar dan hidup kita pun akan lebih bermakna.
Pada setiap awal artikel blog ini, kami sertakan surah Al-Faatihah sebagai pembukaan, dengan harapan Allah Yang Maha Pemurah berkenan membukakan hidayah-Nya, sehingga kita dimudahkan untuk memahami sesuatu di sekitar kita. Sehingga kita tidak salah melangkah, karena bagaimanapun juga, suka atau terpaksa, kita akan menghadapi "Hari Pembalasan".
Lhoh... kok bisa meluas kemana-mana ? Mengamalkan surah Al-Faatihah bisa merembet sampai ke hari pembalasan ? Karena memang dengan niat yang lurus, إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ In šyāʾ Allāh [baca : insyaa Allah] kita kan sampai kepada tujuan yang lurus dan benar.
Surah Al-Faatihah adalah wujud Komunikasi & Munajat antara hamba dengan Sang Pencipta
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ, فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ.
“Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya aku mendengar Rasulullah –shallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: Allah Ta’âla berfirman: Aku membagi shalat antara aku dan hambaku dua bagian dan untuk hambaku apa yang dia pinta. Jika seorang hamba membaca: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, Allah berkata: hambaku telah memujiku, jika seorang hamba membaca الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, Allah berkata: hambaku telah menyanjungku, dan saat membaca مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ, Allah berkata: hambaku telah mengagungkanku, jika seorang hamba membaca: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ, Allah berkata: ini batas bagian antara aku dan hambaku, dan untuk hambaku apa yang dia pinta. Jika seorang hamba membaca
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّين
Allah berkata: ini untuk hambaku dan untuk hambaku apa yang dia pinta.” (Hadits Qudsi riwayat Muslim)
Mari kita mencoba memahami surah Al-Faatihah
Sebagaimana dijelaskan di atas, Surah Al-Faatihah adalah sebuah bentuk komunikasi antara seorang hamba kepada Rabbnya. Surah Al-Faatihah terbagi menjadi dua, yakni separuh bagian pertama untuk Allah dan separuh bagian kedua untuk hamba-hamba-Nya.[5]
Diawali puji-pujian kepada Sang Pencipta, yang pertama dengan menyebut Asma'-Nya, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, pada bacaan Bismillah, kemudian dengan pujian bahwa : Segala puji hanyalah milik-Nya(Alhamdulillah) dan menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan seru sekalian alam (ayat 1/2),[7] Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (ayat 2/3),[8] dan Dia-lah yang menguasai Hari Pembalasan (ayat 3/4).[9]
Tiga ayat terakhir merupakan separuh bagian hamba, dimulai dengan "Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu-lah, kami memohon pertolongan" (ayat 4/5), kemudian memohon untuk menunjukkan sirathalmustakim (jalan yang lurus), yakni jalan yang diberikan telah diberikan nikmat (ayat 5-6/6-7).[11]
Mohon diketahui perbedaan Ar-raḥmānir-raḥīm(i) yaitu : Ar-Rahmaan [Pemurah] dan Ar-Rahiim [Penyayang], karena ketika diterjemahkan kebahasa Inggris, kadang-kadang kedua kata ini akan diterjemahkan sama. Perbedaannya terletak pada subjek yang dimaksud. Artinya : Ar-Rahmaan [Pemurah] ditujukan pada seluruh makhluk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tanpa melihat keimanannya. Sementara, Ar-Rahiim [Penyayang] hanya ditujukan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya.
Artikel terkait :
Beberapa pemikir Muslim meyakini bahwa orang Yahudi dan Nasrani adalah contoh dari orang-orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat. Yang lain memandang ini sebagai kecaman terhadap semua orang Yahudi dan Nasrani dari masa ke masa. Sementara itu, yang lain berpendapat bahwa ayat ini merujuk pada semua orang secara umum tanpa memandang kelompok tertentu.
Coba mari memahami 'potensi baik' yang terdapar di dalam diri kita, Akal & Qolbu, kemudian coba kolaborasikan keduanya, sebagaimana terdapat pada dua buah artikel :
Kolaborasi antara : Akal & Qolbu menurut ajaran Islam
Misteri Kecerdasan Akal pada Manusia menurut Islam
Baca perlahan-lahan Al-Faatihah ayat per ayat, jika tidak menguasai bahasa Arab, gunakan fasilitas terjemahan. fahami baik-baik arti & terjemahan ayat per ayatnya. Ulangi beberapa kali, resapkan tiap huruf yang kita baca kedalam hati kita. Rasakan bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Sang Penguasa Alam Semesta, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, kita adalah makhluk-Nya, akui diri kita yang sangat lemah dan hanya bisa memohon kepada-Nya, tidak ke yang lain.
Walaupun kita bukan pengguna bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, hati nurani kita akan memahaminya. Mohonkan kepada Allah Yang Maha Pemurah agar titik halus (lathiifah) rabbaniyah dalam hati kita, atau tepatnya Qolbu kita menjadi hidup dan bisa merasakan pesan-pesan ruhaniyah ini. Relaksasikan akal pikiran kita [hentikan kerja : logika & rasio, membayangkan, berkhayal dalam pikiran kita. Biarkan Qolbu yang mengatur Logika & Rasio kita, bukan sebaliknya !], sebagaimana pernah kita bahas sebelumnya pada :
Membedakan Akal & Qolbu menurut Islam [mengenal sisi Ghoib pada diri Manusia]
Meluruskan niat dengan Al Fatihah
Mari kita membiasakan diri, sebelum mengawali suatu kegiatan, terlebih ketika kita mempunyai hajat, untuk mengawali dengan membaca surah Al-Faatihah.
Coba kita bedakan efek sebelum dan sesudah kita melakukan amalan ini. Biasakan pula selepas berdo'a kita menutup dengan bacaan Surah Al-Faatihah. Mudah-mudahan Allah Yang Maha Perkasa berkenan selalu membimbing kita menuju jalan yang lurus. Jalan yang mendapat ridhoi-Nya dan Kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad ﷺ, Manusia mulia yang telah mengajarkan pelajaran berharga ini kepada kita.
Menurut beberapa cerita, sebagian hamba-hamba yang selalu ingin lebih untuk mendekat kepada Sang Pencipta, ketika akan mengawali sesuatu, apa pun itu wujudnya, beliau-beliau selalu memohon petunjuk terlebih dahulu kepada Tuhan-nya. "Mereka manja bagikan anak kecil yang selalu meminta pertimbangan kepada ibundanya, ketika akan melakukan sesuatu."
Mari kita insropeksi diri kita masing-masing. Dalam 24 jam sehari diseluruh hidup yang kita lalui selama ini :
✓ Seberapa banyak diri kita telah melibatkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam detik-detik nafas ?
✓ Seberapa banyak kita telah memuji dan mensyukuri berbagai nikmat hidup yang telah dikarunikan-Nya kepada kita ?
✓ Seberapa tulus kita untuk mengabdi Dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya ?
✓ Seberapa banyak kita telah memohon bimbingan kepada-Nya agar diberikan jalan yang lurus dan benar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup ?
Baca juga :
Dengan berusaha untuk selalu : membaca, memahami, dan mengamalkan surah Al-Faatihah dimulai dari awal hingga akhir, kita berusaha untuk "selalu terkoneksi" dengan Sang Pencipta. Kita selalu berusaha mencari jalan yang lurus : sejak niat, do'a, hingga ikhtiar.
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.