Orang terkadang berkeluh kesah tentang nasibnya. Apa perbedaan takdir & nasib ? Apakah takdir dan nasib bisa dirubah ? Bagaimana pandangan ajaran Islam tentang : takdir dan nasib ?
Takdir dan Nasib kedua kata itu sama-sama berasal dari bahasa Arab. Nasib berasal dari kata nashib yang artinya bagian atau jatah, sedangkan takdir berasal dari kata taqdir yang artinya menentukan ukuran. Lantas, apa perbedaan di antara kedua istilah tersebut?
Mari terlebih dahulu kita membaca Al-Fatihaah, [baca : Mari 'meluruskan niat' dengan Surah Al-Faatihah ], semoga Allah Yang Maha Raḥmān & Raḥīm berkenan memberikan petunjuk-Nya kepada kita dan memudahkan untuk memahaminya :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Qadha dan qadar merupakan bagian rahasia Allah terhadap makhluk-Nya.Tak satupun makhluk Allah tahu apa yang ditetapkan dan akan terjadi pada dirinya atau alam sekitarnya. Seorang muslim wajib mengimani ketetapan Allah baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan yang terjadi pada dirinya.
وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا عِنْدَنَا خَزَاۤىِٕنُهٗ وَمَا نُنَزِّلُهٗٓ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُوْمٍ
Tidak ada sesuatu pun melainkan di sisi Kamilah perbendaharaannya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. QS. Al-Hijr [15] : 21
Takdir berkaitan dengan qadha dan qadar. Qadha adalah ketetapan Allah Subḥānahu Wataʿālā sejak zaman azali atau sebelum diciptakannya alam semesta. Sementara qadar adalah perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah Subḥānahu Wataʿālā dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya. Qadar dari Allah Subḥānahu Wataʿālā itulah yang kemudian dikenal dengan istilah takdir.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu,
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”.
(HR.Muslim no.2653)
Jika diibaratkan, qadha adalah ‘rencana’, sedangkan qadar adalah
‘perwujudan’ atau kenyataan yang terjadi. Lalu, nasib adalah bagian dari qadar
Allah.
Menurut Prof. M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, kata takdir diambil dari kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar, atau ukuran. Sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.
Macam-macam takdir Allah
dibagi menjadi dua, yaitu Takdir Mubram dan Takdir Muallaq. Berikut penjelasan
lebih terinci :
- Takdir Mubram
Takdir mubram adalah ketentuan
mutlak dari Allah Subḥānahu Wataʿālā yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk
mewujudkannya.
Macam-macam
takdir Allah ini contohnya : rahasia tentang kelahiran dan kematian
manusia. Tentunya tidak ada yang tahu kapan kamu akan dilahirkan dan kapan akan
mati. Semua menjadi rahasia Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan terjadi sesuai dengan ketetapan-Nya.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا
مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ
Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. QS. Ali 'Imraan [3] : 145
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ
سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Wa likulli ummatin ajal(un), fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).
Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan. QS. Al A'raaf [7] : 34
- Takdir Muallaq
Takdir muallaq adalah ketentuan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengikut sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya.
Contoh takdir muallaq : apabila seorang manusia ingin pintar atau kaya, maka keinginan tersebut bisa tercapai apabila ada doa & usaha yang harus dilakukan sebelumnya.
Dengan begitu, apa yang diraihnya selain
ditentukan oleh takdir Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, juga ditopang oleh usaha dan doa yang dia
lakukan. Jadi, berusaha itu harus, tetapi kamu juga harus berdoa dan rela
menerima segala takdir yang sudah ditentukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ
سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS. Ar-Ra'd [13] : 11
Artikel terkait :
Dengan begitu, apa yang diraihnya selain ditentukan oleh takdir Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, juga ditopang oleh doa dan usaha yang dilakukannya. Ketika doa dan usaha telah dilakukan, apapun hasilnya, hal itu adalah bagian dari ketetapan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Seandainya hasil yang kita capai sesuai dengan doa dan ikhtiar yang kita lakukan, kita harus selalu mensyukurinya. Akan tetapi jika hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang kita harapkan, berarti hal itu memang bukan atau belum menjadi hak kita.
Perbedaan pemikiran tentang : Qadha & Qadar
Semua hal di dunia ini sudah ditakdirkan, tetap manusia
memiliki kehendak dan ikhtiar. Kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, menikah
atau tetap sendiri, mempertahankan keluarga atau bercerai semua itu adalah
pilihan bagi manusia.
Jika kita menganggap bahwa semua itu sudah menjadi takdirNya
dan manusia hanya menjalankannya maka ia terbawa pada pemikiran Jabariyah
atau Jabriah yang menganggap bahwa manusia hanya seperti boneka
(wayang) yang dipaksa mengikuti takdir dari Allah Ta’ala. Sedangkan bila ia
berkeyakinan bahwa manusia memiliki kehendak penuh untuk melakukan segala
sesuatu tanpa takdir Allah, maka ia terjebak ke dalam pemikiran Qadariah
di mana manusia seolah-olah bebas tanpa kuasa dariNya.
Maka, jalan tengah dari keduanya adalah pendapat dari Ahlu
Sunnah wal Jamaah yang meyakini bahwasa : semua takdir semesta telah
ditetapkan oleh Allah Ta’ala sejak awal mula penciptaan, tetapi manusia
memiliki kehendak dan ikhtiar untuk menentukan dan memilih yang yang terbaik
baginya. Oleh karena itu tetap yakin dengan takdir Allah Ta’ala dan terus
berusaha untuk menjadi yang terbaik dan melakukan hal-hal yang baik agar
kehidupan kita berakhir dalam kebaikan yaitu di surga sebagai negeri keabadian.
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.