Kemurnian hukum yang dijadikan landasan syariat Islam : Al Qur'an & Hadits Rasulullah Muhammad ﷺ sangat dijaga.
Bukan rahasia, Al Qur'anul Kariim susunan huruf-hurufnya, ayat-ayatnya, dan surat-surat didalamnya sejak diturunkan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ sampai saat ini adalah sama. Bagaimana dengan hadits ?
Mari terlebih dahulu kita membaca Al-Fatihaah, [baca : Mari 'meluruskan niat' dengan Surah Al-Faatihah ], semoga Allah Yang Maha Raḥmān & Raḥīm berkenan memberikan petunjuk-Nya kepada kita dan memudahkan untuk memahaminya :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Setiap informasi yang mengatasnamakan Rasulullah ﷺ harus benar-benar valid. Sebab terdapat banyak berita yang memalsukan hadits demi kepentingan tertentu. Disisi lain, Hadits dijadikan sumber hukum Islam setelah al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
Pembentukan & Sejarah Hadits
Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul langsung dengan Nabi ﷺ. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui berita itu (ketika Nabi ﷺ bersabda, sahabat yang bersangkutan tidak mendengar atau satu tempat dengan Nabi ﷺ), atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada Penyusun Buku Hadits. Itulah proses pembentukan hadits.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan alur pembentukan Sahih Bukhari sebagai berikut :
Imam Bukhari wafat pada tahun 256 Hijriah, artinya 245 tahun setelah wafatnya Rasulullah ﷺ yang wafat pada tahun 11 Hijriah. Imam Bukhari mempunyai karya yang luar biasa : Sahih Bukhari. Shahih Bukhari merupakan kitab (buku) koleksi hadits yang disusun oleh Imam Bukhari yang hidup antara 194 hingga 256 hijriah. Kitab ini juga dikenal dengan al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah ﷺ wa Sunanihi wa Ayyamihi.
Jadi koleksi ini sendiri dikumpulkan beberapa ratus tahun setelah
wafatnya Nabi ﷺ. Shahih Bukhari dimaksudkan untuk memberi kita
informasi tentang kehidupan Nabi, peristiwa yang terjadi atau hal-hal yang
dikatakan 200 tahun sebelumnya. Tapi bagaimana Imam Bukhari mengetahui semua
ini? Karena dia mempunyai rantai penghubung yang otentik hingga sampai kepada
Nabi Muhammad ﷺ. Imam Bukhari mengemukakan hal itu.
Baca juga :
Masa Pembentukan Hadits
Masa pembentukan hadits tiada lain masa
kerasulan Nabi Muhammad ﷺ itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini
hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau hafalan para sahabat saja.
perode ini disebut al wahyu wa at takwin.
Sahabat
Nabi (bahasa Arab: أصحاب النبي, transliterasi : aṣḥāb al-nabī) adalah sebutan bagi Muslim untuk orang-orang yang mengenal dan melihat
langsung Nabi Islam Muhammad ﷺ, membantu perjuangannya dan meninggal dalam
keadaan beragama Islam.
Pada saat itu Nabi Muhammad ﷺ sempat melarang penulisan hadits agar tidak tercampur dengan
periwayatan Al Qur'an, tetapi setelah beberapa waktu, Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wassallam membolehkan penulisan hadits dari beberapa orang sahabat yang
mulia, seperti : Abdullah bin Mas'ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin
Tsabit, dllnya. Periode ini dimulai sejak Muhammad diangkat sebagai nabi dan
rasul hingga wafatnya (610M-632 M).
Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi'in,
dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad ﷺ pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini hadits belum ditulis
ataupun dibukukan, kecuali yang dilakukan oleh beberapa sahabat seperti : Abu
Hurairah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dllnya. Seiring
dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang
mendorong para sahabat saling bertukar hadits dan menggali dari sumber-sumber
utamanya.
Masa Penghimpunan Hadits
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat
dan tabi'in yang mulai menolak menerima hadits baru, seiring terjadinya tragedi
perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah
dengan munculnya hadits palsu. Para sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal
betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam permusuhan
tersebut, sehingga jika ada hadits baru yang belum pernah dimiliki sebelumnya
diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan pembawa hadis
itu.
Maka pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai
salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan hadits. Masa ini terjadi pada
abad 2 H, dan hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan hadis
marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'.
Artikel terkait :
Artikel terkait :
Masa Pendiwanan & Penyusunan Hadits
Abad 3 H
merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan hadits. Guna menghindari salah
pengertian bagi umat Islam dalam memahami hadits sebagai prilaku Nabi Muhammad ﷺ, maka para ulama mulai mengelompokkan hadits dan memisahkan kumpulan hadits yang
termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad ﷺ), mana yang mauquf (berisi
prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in).
Usaha
pembukuan hadits pada masa ini selain telah dikelompokkan (sebagaimana dimaksud
di atas) juga dilakukan penelitian tentang : Sanad dan Rawi-rawi pembawa beritanya
sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi) atas hadits yang ada maupun yang
dihafal. Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan hadits terus dilanjutkan
hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan
maghligai hadits.
Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki
susunan kitab hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk
memudahkan mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab hadits pada abad ke-4
Hijriyah.
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.