Manusia salah satunya disebut oleh Sang Pencipta sebagai Nafs. Apa arti & maksudnya ? Kata : Nafs merupakan serapan dari bahasa arab. Jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, Nafs atau nafsu adalah jiwa. Nafsu inilah salah satunya, yang
mendorong jasmani manusia untuk melakukan suatu perbuatan.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ
Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), QS. Asy-Syam [91] : 1
وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ
demi bulan saat mengiringinya, QS. Asy-Syam [91] : 2
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ
demi siang saat menampakkannya, QS. Asy-Syam [91] : 3
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ
demi malam saat menutupinya (gelap gulita), QS. Asy-Syam [91] : 4
وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ
demi langit serta pembuatannya, QS. Asy-Syam [91] : 5
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ
demi bumi serta penghamparannya, QS. Asy-Syam [91] : 6
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ
dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, QS. Asy-Syam [91] : 7
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, QS. Asy-Syam [91] : 8
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) QS. Asy-Syam [91] : 9
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ
lham dalam ajaran Islam dapat difahami sebagai berita atau isyarat atau isnpirasi sesuatu yang dibisikkan ke dalam hati yang merupakan wujud limpahan rahmat atau karunia Sang Pencipta kepada makhkuk ciptaan-Nya yang bernama : Manusia.
Nafsu Amarah [Jiwa yang Tersesat]
Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Yusuf [19] : 53
Nafsu Amarah selalu mengajak pada hal-hal negatif seperti : marah, iri, dengki,
tamak, serakah, culas, licik, rakus, egois, boros, dan sifat sifat yang
cenderung desktruktif merusak hal hal di luar dirinya. Nafsu amarah yang
dominan menguasai diri seseorang, akan merusak organ tubuh manusia itu sendiri,
juga merusakan lingkungan dan tatanan kehidupan.
Sederhananya, Nafsu Amarah, adalah Jiwa yang Tersesat, meluap-luap liar bagai perilaku hewan, terkadang hewan jinak, di saat yang lain berupa hewan buas/liar.
Nafsu Lawwāmah [Jiwa yang terbelenggu]
لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ
الْقِيٰمَةِۙ
Nafsu Lawwāmah, cenderung merusak dirinya sendiri (destruktif ke dalam). Mereka adalah mental penyesalan, minder, kekecewaan, putus asa, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, kesedihan, meratapi masa lalu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan menyalahkan diri sendiri.
Sederhananya, Nafsu Lawamah adalah Jiwa yang Terbelenggu, terkurung jauh di
dalam jurang kegelapan dan kelemahan tubuh manusia. Mereka banyak melewatkan
hal-hal indah dan bermakna di sekeliling mereka.
Jiwa yang seperti ini tidak akan mengenal arti sabar dan syukur. Mereka tuli,
buta, bisu, dan mati rasa terhadap realita, karunia dari Allah, serta lupa
terhadap Qodho & Qodar dari Allah.
Nafsu Mutma'innah [Jiwa yang Tenang]
Nafsu Mutma'innah inilah nafsu manusia yang dirahmati dan diridhai Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى . Nafsu bukanlah termasuk jiwa yang tersesat maupun
jiwa yang terbelenggu. Nafsu Mutma'innah telah menemukan kesadaran, keberadaan, fitrahnya sebagai makhluk ciptaan, dan tujuan hidupnya sendiri. Nafsu Mutma'innah, telah ridho atau ikhlas menerima bagian
karunia dari Sang Maha Pengatur, sehingga mampu menerima dan menikmati dengan peran yang diberikan kepadanya, bersabar
dengan proses yang berjalan, dan bersyukur dengan hasil yang telah diterima, demi mengharap keridhaan-Nya.
Jiwa yang Tenang telah ridha pada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pun ridha pada mereka. Inilah fitrah manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
Nafsu Mutmainnah, adalah Jiwa yang Tenang. Mereka tidak lagi membedakan
kebahagiaan dan penderitaan, tidak membedakan masalah dan kesuksesan. Menurut
mereka, segala hal yang terjadi adalah cara Allah menyayangi hamba-hamba-Nya.
Baca juga :
Secara biologis diwakili oleh otak, jantung, dan hati, sedangkan secara non-fisik diwakili oleh sisi nafsiah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Semua perangkat tersebut sangat berkaitan erat. Apabila salah satunya sakit,
bisa mengganggu kesehatan perangkat lainnya.
artikel terkait :
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى , Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.