Post Top Ad

 

Kenapa doa-doaku belum dikabulkan ? Padahal aku sudah berdoa dan berikhtiar. Apanya yang salah ? Apakah doa dan ikhtiar saya selama ini salah ? Mudah-mudahan artikel ini bisa sedikit menjawab berbagai pertanyaan itu.


أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ





Doa ikhtiar ini perlu dikenali oleh seluruh muslim dalam memperjuangkan sesuatu.  
Doa adalah bentuk ibadah dan komunikasi dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang memungkinkan kita memohon pertolongan, kekuatan, dan petunjuk-Nya dalam menghadapi berbagai pasang surut hidup di dunia ini. 


Sementara itu, ikhtiar adalah alat, syarat untuk mencapai maksud. Arti ikhtiar juga dapat dimaknai sebagai daya upaya. Secara umum, ikhtiar adalah sikap seorang muslim yang mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini membuat seseorang terhindar dari sikap putus asa dan mudah menyerah. Arti ikhtiar berasal dari bahasa Arab ikhtara atau yakhtaru, yaitu memilih. Arti ikhtiar ini berasal dari akar kata yang sama dengan kata “khair”, yaitu memilih mana yang lebih baik di antara yang ada.


Pemahaman kita selama ini : Ikhtiar, doa, dan tawakal adalah satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam mencapai suatu hal atau memenuhi kebutuhan. Biasanya, atau kebanyakan dari kita : mendudukkan Ikhtiar pada posisi pertama dalam rangkaian tersebut. Berdoa harus disertai ikhtiar dan sebaliknya ikhtiar harus pula disertai doa. Dengan ikhtiar dalam melakukan sesuatu, ditambah dengan senantiasa berdoa pada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, maka apa yang ingin kamu capai akan terwujud. Doa dan ikhtiar merupakan wujud berserah diri seorang muslim kepada Penciptanya,  Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.


Doa dan ikhtiar bagi seorang muslim merupakan satu paket, Arti doa dan ikhtiar sebagaimana di atas, tentu bagi seorang beragama Islam sudah tidak asing lagi. Akan tetapi mengapa dalam pelaksanaannya masih timbul 'masalah', sehingga kadang muncul pertanyaan-pertanyaan sebagaimana di awal artikel ini ? 



Ikhtiar atau doa, manakah yang didahulukan ? [Perhatikan baik ciri-cirinya]


Mari coba kita bedakan, lebih dahulu mana antara doa dan ikhtiar, dan bagaimana efek yang ditimbulkan, secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan. Termasuk yang manakah diri kita ?  


1. Ikhtiar lebih dahulu, kemudian berdoa belakangan

Kelompok manusia yang seperti ini adalah manusia egois dan sombong. Keakuannya sangat tinggi. Dan biasanya pada prakteknya : setelah sibuk berikhtiar, mereka dilalaikan setan agar melupakan berdoa. Ciri-ciri yang menyertainyaKetika ikhtiarnya berhasil maka potensi fujūr dan hawa nafsu nya akan mendorongnya berfikir & berkata : "Ini semua karena keringatku ... jerih payahku selama ini ....!!"


Ketika ikhtiarnya gagal, mereka akan dengan mudah menyalahkan : keadaan, orang lain, dirinya sendiri, bahkan menyalahkan Tuhan. Dengan sombongnya mereka akan berkata : "Tuhan .... Engkau sangat tidak adil !!!"

Baca juga :


2. Doa dan ikhtiar secara bersamaan.

Ini adalah jawaban orang pada umumnya, yang sudah merasa lebih meningkat daripada orang-orangvgolongan sebelumnya. Mereka sudah mau melakukan berbagai ritual ibadah dalam hidupnya. 


Memang doa dan ikhtiar adalah satu paket, akan tetapi dalam prakteknya, ketika ditelisik lebih mendalam tidaklah dilakukan dengan serentak bersamaan, ada yang dahulukan dan ada yang diakhirkan. Dan pada golongan ini mereka lebih mendahulukan ikhtiar daripada doanya, walaupun beda waktu tipis, sehinga terkeesan bersamaan. 


Kelompok ini sudah jauh lebih baik daripada kelompok yang pertama, Ciri-ciri golongan ini :  ketika ikhtiar mereka berhasil, mereka akan memuji Tuhannya : "Alhamdulillah ... Terimakasih ya Allah".


Akan tetapi, ketika ikhtiar yang dilakukan gagal, godaan hawa nafsunya sedemikian besar, belum ditambah dengan godaan setan dari bangsa jin, yang akan mendorong mereka untuk : berputus asa, kurang yakin akan pertolongan-Nya Dan doa-doanya, kecewa, dan bahkan berburuk sangka kepada Tuhan. Biasanya mereka berkata, (walaupun hanya terbersit dalam hatinya) : "Aku sudah berdoa... aku sudah berikhtiar ... tapi kenapa doaku belum juga dikabulkan ?".



3. Doa dahulu, kemudian ikhtiar setelah berdoa. 

Ini jawaban sedikit orang. Ketika akan melakukan sesuatu, apapun itu wujudnya, mereka selalu berusaha berkomunikasi terlebih dahulu dengan Tuhannya. Berusaha untuk selalu beradab kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Dalam bahasa Jawa : Kulo nuwun [ Baca : Memohon ijin atau permisi terlebih dahulu]. Sebelum melakukan sesuatu ikhtiar, mereka akan berusaha meluruskan niatnya terlebih dahulu, dengan membaca Al-Faatihah sebagai contohnya.

Artikel terkait :
Mari 'meluruskan niat' dengan Surah Al-Faatihah

"Mereka manja bagikan anak kecil yang selalu meminta pertimbangan kepada ibundanya, ketika akan mengerjakan sesuatu." Mereka sadar dan percaya sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah seorang hamba, tidak kuasa apa pun dan tidak berkuasa atas apa pun. 


Ciri-ciri golongan ini : Ketika ikhtiar berhasil, meraka akan berkata : " Alhmdulillah  ... semua ini terjadi atas ijin dan kehendak-Mu .. Ya Rabb. Segala puji HANYALAH milik-Mu." 


Ketika ikhtiar mereka gagal atau belum berhasil : "Alhamdulillah ... semua ini terjadi atas ijin dan kehendak-Mu. Terima kasih ya Rabb, telah Kau tunjukkan kepadaku bahwa ini bukanlah yang terbaik untukku. Karena Engkau lebih tahu yang terbaik untukku"


Dan hal ini tidak hanya sebatas di mulut, karena Tuhan Yang Maha Tahu sangat mengetahui isi hati terdalam setiap manusia. Tiada yang tersembunyi bagi-Nya.



Adab doa dan ikhtiar menurut Ajaran Islam


Dalam sebuah Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi .

 

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري، رقم 7405 ومسلم ، رقم2675

 

”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Bukanlah doa dan ikhtiar  yang kita lakukan, akan tetapi Allah Yang Maha Perkasa, Yang Maha Raḥmān dan Raḥīm lah yang mengijinkan sesuatu itu terjadi. Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menuruti sesuai prasangka hamba-Nya, sebagian ulama menafsirkan sebagai : Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menuruti sesuai keyakinan hamba-Nya.

 

Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika kita berdoa pada Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya doa dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya doa. Karena ingatlah bahwasanya doa itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada Allah. Jika seseorang berdoa dalam  keadaan yakin doanya akan terkabul, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  

اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

 

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).




Catatan : mohon diketahui perbedaan arti antara Ar-raḥmānir-raḥīm(i) yaitu : Ar-Rahmaan [Pemurah] dan Ar-Rahiim [Penyayang], karena ketika diterjemahkan kebahasa Inggris, kadang-kadang kedua kata ini terjemahannya samaPerbedaannya terletak pada subjek yang dimaksud. Artinya : Ar-Rahmaan [Pemurah] ditujukan pada seluruh makhluk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tanpa melihat keimanannya. Sementara, Ar-Rahiim [Penyayang] hanya ditujukan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya.


Kebenaran adalah milik  Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىWallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan &  Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Semoga bemanfaat.

Related Posts

Post Bottom Ad