Post Top Ad


Hadits
(Arabالحديثtranslit. ḥadīṡarti harafiah : 'berbicara, perkataan, percakapan'. Ejaan tidak baku: hadis, hadits atau hadist. Biasa disebut juga dengan : sunnah, yang berarti : perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Rasulullah Muhammad  yang dijadikan landasan syariat Islam.

 

Mari terlebih dahulu kita membaca Al-Fatihaah, [baca : Mari 'meluruskan niat' dengan Surah Al-Faatihah ], semoga Allah Yang Maha Raḥmān & Raḥīm berkenan memberikan petunjuk-Nya kepada kita dan memudahkan untuk memahaminya :



أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ


امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ


Hadits dijadikan sumber hukum Islam setelah al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Dan keduanya tidak dapat dipisahkan; karena juga termasuk wahyu dari Tuhan (Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ). Jika Al Qur’an kita analogikan sebagai Undang-undang Dasar, maka Hadits merupakan aturan dan tata cara pelaksanaan Al Qur’an. Dan keduanya tidak ada pertentangan.



Etimologi


Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad .


Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arabتقريرtranslit. taqrīr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (Arabبعثة) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.


Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad ﷺ yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda.


Kendati demikian, setiap informasi yang mengatasnamakan Rasulullah ﷺ harus benar-benar valid. Sebab terdapat banyak berita yang memalsukan hadits demi kepentingan tertentu. Oleh karena itu membahas tentang hadits harus memenuhi berbagai syarat.



Struktur dan Unsur yang harus dipenuhi oleh Hadits


Sebuah hadits bisa dianggap sempurna manakala memenuhi lima unsur penting, yakni : sanad, rawi, matan,  mukharrij, dan shiyaghul ada' hadits. Kelima unsur tersebut sebagai pertimbangan penilaian sebuah riwayat, apakah nantinya termasuk dalam kategori : shahih, hasan, atau dhaif.


Sedangkan secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni : sanad/isnad (rantai para penutur) dan matan (redaksi). Sebagai contoh pada hadits di bawah ini :


وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنِ اقْتَبَسَ بَابًا مِنْ عِلْمِ النُّجُومِ لِغَيْرِ مَا ذَكَرَ اللَّهُ فَقَدِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ الْمُنَجِّمُ كَاهِنٌ والكاهنُ ساحرٌ والساحرُ كافرٌ» . رَوَاهُ رزين

 

 

Dari hadits Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah  bersabda: "Barangsiapa mengutip satu bab dari ilmu perbintangan selain yang disebutkan oleh Allah maka ia mengutip satu bagian dari Sihir: Ahli nujum adalah seorang peramal. , dukun itu dukun, dan dukun itu kafir." Diriwayatkan oleh Razin. (HR. Imam Bukhari)

Referensi : Mishkat al-Masabih 4604

Referensi dalam buku : Buku 23, Hadits 87



1. Sanad Hadits


Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadis. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadis tersebut. Dalam contoh hadits di atas, sanadnya adalah sebagai berikut : 


Al-Bukhari --> Razin --> Ibnu Abbas -->  Rasulullah 


Awal sanad ialah : orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits); orang ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari mudawwin hingga mencapai Rasulullah . Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. 


Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/rawi yang bervariasi dalam lapisan sanadnya; lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadis tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.

 

Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah:

  1. Keutuhan sanadnya
  2. Jumlahnya
  3. Perawi akhirnya

 

Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.



2. Rawi Hadits [Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits]


Rawi hadits adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits, dalam hal ini menyampaikan riwayat dari Nabi Muhammad  yang terdiri atas sahabat, tabi'in, tabi't tabi'in, dan seterusnya. 

Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang rawi hadits adalah :

  1. Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta
  2. Tidak banyak salahnya
  3. Bukan ahli bid'ah
  4. Teliti
  5. Tidak fasik
  6. Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu (peragu)
  7. Kuat ingatannya (hafalannya)
  8. Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
  9. Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadis pada jamannya.

 

Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli hadits yang semasa, dan disalin dan dipelajari oleh ahli-ahli hadits pada masa-masa yang berikutnya hingga ke masa sekarang. Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan maj'hul, dan hadits yang diriwayatkannya tidak boleh diterima.

 

Dalam buku terjemahan bahasa indonesia sering dijumpai singkatan HR yang merupakan kepanjangan dari : Hadits Riwayat. Sehingga HR. Bukhari bermakna hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


Baca juga :


3. Mukharrij Hadits

Mukharrij ialah rawi terakhir yang menuliskan riwayat yang ia dapat dalam sebuah catatan atau karya pribadinya.


Melalui contoh hadits pada artikel ini di atas, yang disebut sebagai mukharrij adalah Imam Al-Bukhari. Sosok yang rawi terakhir yang membukukan hadits itu dalam kitabnya sendiri yaitu Kitab Shahihul Bukhari.



4. Shiyaghul ada'

Unsur hadits selanjutnya, shiyaghul ada' ialah : redaksi yang dipakai oleh seorang rawi dalam meriwayatkan sebuah hadits.

 

Yang dimaksud shiyaghul ada' adalah lafadz-lafadz seperti : haddatsana, 'an, qala, dan lain-lain. Redaksi-redaksi ini yang nantinya memengaruhi kualitas sebuah sanad, khususnya dalam hal apakah sanad tersebut bersambung sampai kepada Nabi  atau terputus.



5. Matan Hadits

Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh di atas maka matan hadits bersangkutan ialah:


"Barangsiapa mengutip satu bab dari ilmu perbintangan selain yang disebutkan oleh Allah maka ia mengutip satu bagian dari Sihir: Ahli nujum adalah seorang peramal. , dukun itu dukun, dan dukun itu kafir."

 

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:

  • Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad ﷺ atau bukan,
  • Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).

 

Artikel terkait : 

 

Kebenaran adalah milik  Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىWallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan &  Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Semoga bemanfaat.

Related Posts

Post Bottom Ad