Peristiwa Isrâ’
dan Mi’râj merupakan salah satu di antara mukjizat yang diberikan Allah Azza wa
Jalla hanya kepada hamba-Nya, kekasih-Nya, sekaligus seorang Nabi & Rasul penutup
risalah-risalah sebelumnya, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Apakah saja peristiwa yang diabadikan hingga saat ini ?
Sebelum kita belajar menjawab pertanyaan di atas, Mari terlebih dahulu kita membaca Al-Fatihaah, [baca : Mari 'meluruskan niat' dengan Surah Al-Faatihah ], semoga Allah Yang Maha Raḥmān & Raḥīm berkenan memberikan petunjuk-Nya kepada kita dan memudahkan untuk memahaminya :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Peristiwa Isrâ’ dan Mi’râj Rasulullah ﷺ merupakan perjalanan istimewa dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual seorang hamba, dan merupakan hadiah dari Sang Pencipta hanya kepada Beliau ﷺ, tidak yang lain. Pada kejadian itu banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik. Doa at-Taḥiyyât merupakan salah satunya.
Makna kalimat at-Taḥiyyât
Imam al-‘Izz bin Abd as-Salâm yang mendapat julukan rajanya ulama (sulṭânul ‘ulamâ’) menjelaskan secara spiritual (rohani) dalam Maqâṣid al-‘Ibâdât (1995: 12-13 & 28-30) bahwa kalimat at-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh dan asyhadu an lâ ilâha illallâh berhubungan dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Kalimat as-salâm ‘alaika ayyuhâ an-nabiyyu wa raḥmatullâh wa barkâtuh dan asyhadu anna muḥamadar rasûlullâh berhubungan dengan Rasulullah ﷺ. Sedangkan kalimat as-salâm ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâh aṣ-ṣâliḥîn berhubungan dengan hamba-hamba Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang saleh dari penduduk bumi dan penduduk langit.
Tidak lain karena sholat memang memiliki hubungan (koneksi) secara langsung, baik kepada muṣallî sendiri, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Rasulullah ﷺ. maupun kepada seluruh orang beriman yang ada di alam semesta.
Adapun menurut Imam al-Fasyanî, taḥiyyât adalah
nama burung yang ada di surga. Ia bertengger di atas pohon bernama ṭayyibât.
Pohon ṭayyibât tersebut tumbuh indah di pinggir sungai
bernama ṣalawât. Ketika orang yang salat membaca at-taḥiyyât
al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh dalam tasyahhud akhir,
maka burung taḥiyyât langsung menukik dari pohon ṭayyibât untuk
menyelami sungai ṣalawât dan kemudian terbang lagi ke atas.
Percikan-percikan air sungai ṣalawât yang berhamburan dari
bulu burung taḥiyyât dijadikan malaikat oleh Allah, di mana para
malaikat itu sama-sama memintakan ampun (membaca istighfar) kepada Allah untuk
orang yang salat tersebut sampai hari kiamat (Syarḥ
Kâsyifah as-Sajâ, 64).
Keagungan Kalimat at-Taḥiyyât
Keagungan kalimat taḥiyyât yang harus dibaca oleh setiap muṣallî ini sebenarnya memiliki sejarah yang sangat agung dan luar biasa mengagumkan secara spiritual. Hal ini dapat dikonfirmasi dari peristiwa Isrâ’ dan Mi’râj. Dalam hadis dikisahkan, sebagaimana disebutkan dalam Syarḥ Kâsyifah as-Sajâ (hlm. 64), bahwa ketika Rasulullah Muhammad ﷺ. dan malaikat Jibril ʿAlayhi s-salām melewati Shidratul-Muntahâ yang diliputi oleh awan yang di dalamnya memancar kilauan cahaya yang berwarna-warni, maka malaikat Jibril ʿAlayhi s-salām memilih berhenti dan membiarkan Nabi ﷺ berjalan sendiri.
Mengetahui
hal itu, Nabi ﷺ pun berkata kepadanya, “jangan
tinggalkan aku seorang diri”. Malaikat Jibril ʿAlayhi
s-salām menjawab, “tidak ada daya dan kekuatan bagi kami, sebab Dia
(Allah) memiliki tempat tertentu dan khusus yang tidak bisa kami lalui”. Nabi ﷺ berkata
lagi, “ayo, kita jalan lagi bersama-sama meskipun hanya setapak demi
setapak”. Malaikat Jibril ʿAlayhi s-salām pun akhirnya berjalan bersama Nabi ﷺ setapak demi setapak. Tidak lama kemudian,
malaikat Jibril ʿAlayhi s-salām hampir saja
terbakar oleh pancaran cahaya, keagungan, dan kemuliaan. Dia [baca : sayyidinna
Jibril ʿAlayhi s-salām ] pun
tiba-tiba mengecil seperti burung pipit dan menjadi lemah.
Setelah
mengalami hal itu, dia mengisyaratkan kepada Nabi ﷺ agar mengucapkan salam ketika sampai di maqâm
khiṭâb [ baca : nama tempat pertemuan antara Allah سُبْحَانَهُ وَ
تَعَالَى dengan Rasulullah ﷺ ] Ketika Nabi ﷺ. sampai di maqâm
khiṭâb, beliau ﷺ langsung
mengucap salam, “ at-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât
aṭ-ṭayyibât lillâh " [
terjemahan : seluruh kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah
sepenuhnya milik Allah ]. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى langsung menjawab salam Nabi ﷺ tersebut dengan, “ as-salâm
‘alaika ayyuhâ an-nabiyyu wa raḥmatullâh wa barkâtuh " [terjemahan : kesejahteraan, kasih-sayang, dan
keberkahan Allah untukmu, wahai Nabi]. Mendengar jawaban Allahسُبْحَانَهُ وَ
تَعَالَى itu, Nabi ﷺ ingin hamba-hamba Allah yang saleh mendapat
bagian dari pertemuan agung tersebut seraya berkata, “ as-salâm
‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâh aṣ-ṣâliḥîn " [ terjemahan : kesejahteraan atas kami
dan hamba-hamba Allah yang saleh ].
Mendengar
percakapan agung tersebut, seluruh penghuni langit dan bumi sama-sama bersaksi
seraya berkata, “ asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna
muḥamadar rasûlullâh " [ terjemahan : aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah].
Menurut Imam Nawawî al-Jâwî, Rasulullah ﷺ bisa sampai ke maqâm khiṭâb tanpa adanya rintangan dan halangan tertentu karena memang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menghendakinya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah memberikan kekuatan dan kesiapan secara khusus kepada beliau, Nabi Muhammad ﷺ. Berbeda dengan malaikat Jibril ʿAlayhi s-salām yang memang tidak diberikan kekuatan dan kesiapan. Sehingga dia terhalang dan tidak bisa sampai ke maqâm khiṭâb. Dalam pertemuan agung tersebut, menurut Imam ad-Dîba’î dalam Mawlid ad-Dîba’î (hlm. 19).
baca juga :
- Kapan sebenarnya Al Qur'an diturunkan ? Apakah pada saat : Malam Lailatul Qodar atau 17 Ramadhan ?
- Apakah Perjalanan Isrâ’ dan Mi’râj Rasulullah ﷺ dilakukan dalam kondisi mimpi atau terjaga ? (Tadabbur QS. Al-Isrâ’ [17] : 60)
- Bagaimana kemajuan sains menjawab kebenaran peristiwa Isrâ’ dan Mi’râj Rasulullah ﷺ ?
- Kapan sebenarnya Al Qur'an diturunkan ? Apakah pada saat : Malam Lailatul Qodar atau 17 Ramadhan ?
- Apakah Perjalanan Isrâ’ dan Mi’râj Rasulullah ﷺ dilakukan dalam kondisi mimpi atau terjaga ? (Tadabbur QS. Al-Isrâ’ [17] : 60)
- Bagaimana kemajuan sains menjawab kebenaran peristiwa Isrâ’ dan Mi’râj Rasulullah ﷺ ?
at-Tahiyat
adalah cara memberi salam kepada Allah, dan hanya kepada-Nya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
lafadz Tahiyat yang dibaca saat duduk tasyahud, disebutkan dalam hadis riwayat
Bukhari Muslim :
Ibnu Mas’ud bercerita,Ketika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada saat duduk tasyahud, kami membaca,
السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ قَبْلَ عِبَادِهِ ، السَّلاَمُ عَلَى جِبْرِيلَ ، السَّلاَمُ عَلَى مِيكَائِيلَ ، السَّلاَمُ عَلَى فُلاَنٍ
Assalam untuk Allah sebelum para hamba-Nya,
assalam untuk Jibril, assalamu ‘ala mikail, assalamu ‘ala Fulan…
Mendengar ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلاَمُ ، فَإِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمْ فِى الصَّلاَةِ فَلْيَقُلِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ . فَإِنَّهُ إِذَا قَالَ ذَلِكَ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ صَالِحٍ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . ثُمَّ يَتَخَيَّرْ بَعْدُ مِنَ الْكَلاَمِ مَا شَاء
Artinya:
“Sesungguhnya Allah adalah As Salaam. Jika kalian duduk untuk
tasyahud dalam sholat kalian maka ucapkanlah,
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
Segala ucapan penghormatan, sholat/do’a dan karunia hanya milik
Allah. Semoga keselamatan tercurah untukmu wahai Nabi. Bergitu pula rahmat
Allah dan karunia Nya serta keselamatan semoga diberikan kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang sholeh’.
“Jikalau seseorang mengucapkan ini maka akan
mencakup seluruh hamba Allah yang sholeh baik di langit maupun di bumi”.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Nya dan utusan
Nya’.
Kemudian hendaklah dia berdo’a dengan do’a yang inginkan”
(HR. Imam Bukhari 6328 & Imam Muslim 402)
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat