Post Top Ad

Dzikir Akbar untuk mengalahkan setan. Setan adalah kata sifat. Setan bisa dari golongan jin atau manusia. Setan yang paling berat adalah yang ada dalam diri kita. Mari kita belajar mengenal diri. 


Alkisah, seekor keledai diikat oleh pemiliknya di sebuah pohon, di pinggir pematang sawah, di pinggiran sebuah desa. Ketika hari menjelang siang, nampak tiga orang anak bermain layang-layang, saat layang-layang itu sudah naik, ketiganya mencari tempat teduh, mereka melihat sebuah pohon di pinggir pematang sawah. 

Ketiga anak itu pun berjalan menghampirinya, saat mereka melihat ada seekor keledai ditambatkan di pohon itu, tiombul ide usil dari salah satu anak, dan iblis pun membisikkan ke telinga anak itu untuk melepaskannya. Keledai itu berlari ke ladang dan mulai merusak tanaman. 

Melihat tanamannya rusak, sang petani menjadi geram, dia mengambil sebilah parang dan berusaha membunuh keledai itu. Saat keledai tersungkur terkena sabitan parang, ternyata si pemeilik keledai melihat kejadian itu. Dan ia pun naik pitam. Dan memukul petani itu dengan sebongkah batu yang ia dapat hingga tewas.

Mendengar cerita itu dua orang anak si petani yang sudah paruh baya pun berusaha mencari sang pemilik keledai, yang juga pembunuh ayahnya. Karena dicari kemana-mana tidak ketemu, mereka berduapun lantas membakar rumah sang pemilik keledai. Yang ternyata di dalam rumah tersebut ada istri sang pemilik keledai beserta anaknya yang masih disusui. Melihat kejadian itu pihak kemanan lantas mencari kedua anak sang petani dan menangkapnya.

Terpukul dengan penyesalan, salah satu dari kedua anak petani itu pun bertanya kepada iblis mengapa semua hal buruk ini harus terjadi.

Iblis itu menjawab, Wow, aku tidak melakukan apapun ! 🤪🥴 ..... kecuali membisikkan ke telinga anak itu untuk melepaskan si dungu ... keledai. 🤭🤭 Kalian semualah yang bereaksi ... bereaksi berlebihan ... Lihatlah !!! Kalian telah berhasil melepaskan setan-setan yang ada diri kalian😝🤣😝.



أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ


Perdebatan Setan & Manusia di Hari Pembalasan

Iblis tidak akan mau bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan. Dia hanya bekerja untuk membangunkan sisi nafsiah kita, yang mempunyai potensi seperti layaknya binatang, baik binatang ternak maupun binatang buas. Kita biasa mengenalnya dengan istilah : Aku, Egoisme, keakuan. sehingga apabila kita tidak mampu mengontrolnya, tanpa campur tangan setan dari golongan jin pun  diri kita ini sudah berpotensi terhadap perbuatan-perbuatan buruk, keji, mungkar dan merusak. 


Merujuk cerita di atas, kok bisa iblis tidak ikut bertanggungjawab ? Mari coba kita mempelajari firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang sudah dirutunkan ke muka bumi ni lebih dasri 1400 tahun yang lalu melalui Utusan-Nya, Njeng Nabi Muhammad , dimana ayat-ayat berikut memberikan informasi kepada kita tentang kejadian yang akan datang [pertengkaran antara setan dan manusia di 'hari pembalasan'], coba perhatikan lebih seksama pada QS. Qaf [50] : 27 berikut :


وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِۗ ذٰلِكَ يَوْمُ الْوَعِيْدِ


Wa nufikha fiṣ-ṣūr(i), żālika yaumul-wa‘īd(i).

Ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan. QS. Qaf [50] : 20


وَجَاۤءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَاۤىِٕقٌ وَّشَهِيْدٌ



Wa jā'at kullu nafsim ma‘ahā sā'iquw wa syahīd(un).

Lalu, setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan saksi. QS. Qaf [50] : 21


لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ



Laqad kunta fī gaflatim min hāżā fakasyafnā ‘anka giṭā'aka fabaṣarukal-yauma ḥadīd(un).

Sungguh, kamu dahulu benar-benar lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan penutup matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. QS. Qaf [50] : 22


وَقَالَ قَرِيْنُهٗ هٰذَا مَا لَدَيَّ عَتِيْدٌۗ


Wa qāla qarīnuhū hāżā mā ladayya ‘atīd(un).

(Malaikat) yang menyertainya berkata, “Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku.” QS. Qaf [50] : 23


اَلْقِيَا فِيْ جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيْدٍ


Alqiyā fī jahannama kulla kaffārin ‘anīd(in).

(Allah berfirman,) “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam (neraka) Jahanam semua orang yang sangat ingkar, keras kepala, QS. Qaf [50] : 24


مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُّرِيْبٍۙ


Mannā‘il lil-khairi mu‘tadim murīb(in).

sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas, bersikap ragu-ragu, QS. Qaf [50] : 25


ۨالَّذِيْ جَعَلَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ فَاَلْقِيٰهُ فِى الْعَذَابِ الشَّدِيْدِ


Allażī ja‘ala ma‘allāhi ilāhan ākhara fa'alqiyāhu fil-‘ażābisy-syadīd(i).

(dan) yang mempersekutukan Allah dengan tuhan lain. Maka, lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.” QS. Qaf [50] : 26


۞ قَالَ قَرِيْنُهٗ رَبَّنَا مَآ اَطْغَيْتُهٗ وَلٰكِنْ كَانَ فِيْ ضَلٰلٍۢ بَعِيْدٍ


Qāla qarīnuhū rabbanā mā aṭgaituhū wa lākin kāna fī ḍalālim ba‘īd(in).

(Setan) yang menyertainya berkata (pula), “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh.” QS. Qaf [50] : 27


قَالَ لَا تَخْتَصِمُوْا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ اِلَيْكُمْ بِالْوَعِيْدِ


Qāla lā takhtaṣimū ladayya wa qad qaddamtu ilaikum bil-wa‘īd(i).

(Allah) berfirman, “Janganlah bertengkar di hadapan-Ku dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu. QS. Qaf [50] : 28


مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَآ اَنَا۠ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ࣖ


Mā yubaddalul-qaulu ladayya wa mā ana biẓallāmil lil-‘abīd(i).

Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku (sama sekali) tidak menzalimi hamba-hamba-Ku.”  QS. Qaf [50] : 29

Apa yang harus kita lakukan ? Mengambil pelajaran dari Kisah Iblis & Keledai

Ada beberapa kata yang menjadi kunci nilai-nilai dalam cerita Iblis dan Keledai ini.

PertamaIblis tidak akan mau bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan. Dia hanya bekerja untuk membangunkan sisi nafsiah kita, yang mempunyai potensi seperti layaknya binatang, baik binatang ternak maupun binatang buas. Kita biasa mengenalnya dengan istilah : Aku, egoisme, keakuan. sehingga apabila kita tidak mampu mengontrolnya, tanpa campur tangan setan dari golongan jin pun  diri kita ini sudah berpotensi terhadap perbuatan-perbuatan buruk, keji, mungkar dan merusak. 

Ketika seorang manusia sudah 'dikuasai' nafsu buruk yang ada dalam dirinya, maka nalar pun tidak akan mampu bekerja. Logika akan berkurang dan akhirnya kecerdasannya sebagi manusia pun akan hilang 

Baca juga :
Misteri Kecerdasan Akal pada Manusia menurut Islam

Harus sentantiasa kita ingat : 'Penyesalan diakhir tiadalah berguna'. Jangan sampai : "Nasi telah menjadi bubur'. Emosional adalah potensi setiap manusia, tapi orang yang mampu 'sadar' ketika emosi itu datang, dan berusaha mengontrolnya maka dia adalah orang yang sukses, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  dan njeng Nabi Muhammad 



وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


Wa immā yanzagannaka minasy-syaiṭāni nazgun fasta‘iż billāh(i), innahū huwas-samī‘ul-‘alīm(u).


Jika setan sungguh-sungguh menggodamu dengan halus (untuk meninggalkan perilaku baik itu), maka berlindunglah kepada Allah! Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS. Fussilat [41]:36


Dari guru-guru kita, tentunya kita masih ingat kisah Rasulullah  dilempari batu dan kotoran ketika berdakwah di kota Thaif , sehingga sayidina Jibril 'Alayhissalam yang menyaksikan pemandangan memilukan ini pun menyerukan agar Nabi berdoa dan mengangkat tangan mohon pada Allah, dan berjanji mengangkat bumi Thaif untuk menghimpit warga Thaif, apa jawaban Rasulullah  ?


Nabi  dengan lembut berkata kepada mereka, walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.

Tak hanya itu, Nabi  kemudian mengangkat tangannya seraya berdoa, "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui. "


Setiap saat berusaha sadar diri, mawas diri, bahwa kita sebagai makhluk ciptaan yang lemah, maka kita harus selalu meminta perlindungan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan senantiasa berusaha mencontoh akhlak mulia kekasih-Nya, Njeng Nabi Muhammad .

Kedua, “segara sadar setan telah datang dan berfikir”. Inilah faktor yang membuat derajat kita lebih tinggi dari hewan, termasuk keledai, sebagai sebuah perlambang hewan dungu. Seseorang menjadi arif/bijak ketika mampu melakukan hal ini. Hal tersebut dalam ajaran Islam terkait erat dengan tingkat wara’ (kesucian) dan kecerdasan makrifat seseorang. Makrifat (kearifan) itu ada dua.

  • Pertama“makrifat akal”. Dalam tradisi Yunani atau para filsuf, biasa disebut “sofis”. Ahli hikmah, tapi dalam tataran akal. Mereka punya kecerdasan aqliyah atau rasionalitas, yang mampu menjangkau sumber-sumber kebenaran dari relung jiwa kemanusiaan. Karena itulah, mereka disebut orang-orang bijak. 
  • Kedua, “makrifat ruh”. Dalam tradisi spiritualitas Islam, biasa disebut “sufis”. Ahli hikmah, tapi sudah pada level ruh, mereka punya kecerdasan ruhaniah yang mampu menjangkau kebenaran-kebenaran pada level “ilham” (‘wahyu’). Kecerdasan ini sudah di atas akal, supra-rasional. Kebenaran tidak lagi di akses dari lembaran jiwa kemanusiaannya. Tapi dapat di akses langsung dari sisi Tuhan.


Untuk menjadi orang yang arif atau bijaksana, khususnya “arif ruhiyah”, beberapa ulama membuatmetode “berhenti dan berfikir” (wukuf qalbi). Biasanya ini diajarkan secara khusus oleh para waliyullah yang masih mewarisi teknik-teknik “divine communication” kelas tinggi warisan para nabi, melalui kelas suluk tertentu.

Devine communication secara sederhana kita terjemahkan : Komunikasi dengan yang ilahi, atau doa, adalah salah satu cara orang terhubung dengan alam suci untuk membawa kesejahteraan secara keseluruhan dalam hidup mereka.


Ketika anda sudah menguasai teknik-teknik ini, setiap saat anda dapat “berhenti” untuk mengosongkan jiwa dan pikiran anda dari anasir api (iblis), karena menurut ajaran Islam manusia diciptakan dari 4 anasir alam : tanah, air, angin, api.  Dan melalui cara tersebut, kita akan peka menangkap petujuk Ilahiyah dalam perjalanan hidup kita. Sehingga sikap dan gerak kita akan diwarnai oleh suara hati terdalam atau “divine wisdom” ini.

ilustrasi lapisan ruhani manusia

Kuncinya adalah, “berhenti dan berfikir”. Ketika anda berhenti (wukuf), Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pasti kan membimbing hambya-Nya, kita haru peka untuk 'medengar' bisikan Ilahiyah tentang apa yang terbaik yang semestinya harus kita lakukan. Disinilah muncul “divine ethics”. Baik buruk sebuah tindakan, tentunya hal itu atas ijin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui sebuah mekanisme “spiritual decision” (i.e., muraqabah, penampakan/penyaksian, dan berbagai firasat nubuwah lainnya).

Kelompok arif atau bijaksana inilah yang telah menjadi ketapan-Nya tidak bisa disesatkan oleh iblis. Sebab, mereka sudah menguasai metode “ikhlas”, dalam Al Qur'an dikean dengan istilah hamba yang muhlis.


قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ


Qāla rabbi bimā agwaitanī la'uzayyinanna lahum fil-arḍi wa la'ugwiyannahum ajma‘īn(a).

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, QS. Al-Hijr [15] : 39


اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ


Illā ‘ibādaka minhumul-mukhlaṣīn(a).

kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” QS. Al-Hijr [15] : 39


Para Ulama Tasawuf mendefinisikan Ikhlas adalah ketersambungan jiwa dengan "Dia" yang Ahad (QS. Al-Ikhlas[112] 1-4). Orang ikhlas adalah orang yang sudah mengenal “Dia” (Huwa) yang Ahad itu. Yang mengenal “Dia” (Huwa > Allah) pasti tidak bisa dikelabui lagi oleh setan baik dari golongan jin maupun manusia, terutama setan dari dalam dirinya.


قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ


Qul huwallāhu aḥad(un).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa !" QS. Al Ikhlas [112] :1

Dalam Islam, salah satu metode “berhenti” adalah sholat. Setelah larut dalam kerja, kita diminta sejenak berhenti. Agar iblis tidak terlalu jauh menguasai. Kesibukan kita, itu bisa menjadi bencana kalau tanpa kontrol. Maka take time, sholat. Sering-sering berhenti (melakukan wukuf), agar hati menjadi jernih.

Kita harus memahami sholat 5 waktu seperti diperintahkan dalam syariat, itu merupakan paket formal dan seminim-minimnya iman. Pada puncaknya, jika sholat-sholat sunnat kita dirikan, hal itu sebenarnya bisa mencapai 50 waktu. Seperti perintah sholat kepada Muhammad ﷺ dalam kisah peristiwa Mi'raj. 

Artikel terkait :

Islam, Iman, dan Ihsan [Kisah Jibril AS mendatangi Nabi SAW dalam wujud manusia]

Bagaimana cara membaginya ? Kalau 50 waktu dibagi dalam sehari semalam yang berjumlah 24 jam, berarti setiap 0,48 jam (hampir tiap 30 menit sekali) kita harus menegakkan sholat. Itu mirip-mirip harus melaksanakan sholat sepanjang waktu dalam sehari. Itu bakal tidak punya waktu untuk mengerjakan yang lain. Berat memang. Karena, baru selesai sholat, harus sholat lagi. Begitu seterusnya selama 24 jam. 

Apakah hal itu mungkin untuk kita lakukan?

Mungkin sekali. Itulah yang disebut sholat berterusan, sholatihim da'imun:


الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ


Allażīna hum ‘alā ṣalātihim dā'imūn(a).

yang selalu setia mengerjakan salatnya, (QS. Al-Ma‘ārij [70]: 23)


Lebih sederhana lagi, seberapa banyak dalam kurun waktu 24 jam kita mengingat Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى   dan Utusan-utusan-Nya, Rasulullah Muhammad  ? Ada baiknya kalau setiap saat kita mau berusaha meningkat & bertambah kualitasnya. Hendaknya kita berprinsip :  "Jangan sampai hari ini sama dengan hari kemarin." Karena hal itu menyebabkan kita termasuk orang yang merugi.

Sholat itu pada hakikatnya adalah “dzikir”. Yaitu, membangun daya ingat “terus menerus” kepada Allah; sambil berdiri, duduk dan berbaring. Disaat melakukan “sholat daim” inilah, jika anda sudah mahir, Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan hadir dan memberikan butir-butir pemikirannya kepada anda. Sholat itu sebenarnya bentuk komunikasi, dialog dan diskusi kita dengan Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Tapi jarang sekali terjadi dialog dengan Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam sholat. Kecuali para nabi dan sufi yang telah mencapai “makrifat ruh”, yang sudah terbiasa dengan daimnya sholat.

Sholat daim adalah “wukuf qalbi”, sebuah bentuk divine communication dengan Sang Ilahi yang bisa dilakukan kapan saja disepanjang waktu. Sholat daim adalah sebuah jenis sholat yang paling ditakuti setan. Sebab, sholat daim adalah jenis “Zikir Akbar” (wala-zikrullahi akbar), yang mampu menyambungkan seseorang dengan Tuhan. Sholat daim adalah zikir yang mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar :


اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ


Utlu mā ūḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh(ta), innaṣ-ṣalāta tanhā ‘anil-faḥsyā'i wal-munkar(i), wa lażikrullāhi akbar(u), wallāhu ya‘lamu mā taṣna‘ūn(a).

Bacalah Kitab yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari keji dan mungkar. Sungguh, inilah Zikrullah yang Akbar. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 45).

“Zikir Akbar” (QS. Al-Ankabut[29] : 45), adalah jenis wukuf qalbi, berhenti sejenak disepanjang waktu atau saat, untuk menghadirkan pesan-pesan Ilahiyah dalam diri kita. Seberapa banyak dan seberapa sering kita melibatkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. dalam diri kita. Kita mengenal Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىmelalui utusan-Nya, Rasullullah Muhammad ,  dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى hanya akan memdanga qolbu njeng Nabi Muhammad . Maka ketika kita bershollawat kepadanya, dan berusaha untuk selalu mencontoh akhlak mulia yang telah dicontohkannya, Insyaa Allah kita pun akan terbuhung dengan Beliau , dan ikut dipandang-Nya.

Zikir Akbar adalah puncak sholat, sholat daim, zikir rahasia para nabi dan sufi pada ’50 waktu’, seperti perintah awal Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىkepada kita. Jika hal itu mampu kita lakukan, kita pasti akan senantiasa dalam lindungan-Nya. Kita akan terjaga dari perilaku keji dan munkar, fana, serta baqa bersama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. disepanjang masa.


Kebenaran adalah milik  Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى , Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan &  Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Semoga bemanfaat.


Related Posts

Post Bottom Ad