Surat Al Fath [48]:1 diturunkan saat terjadi Perjanjian Hudaibiyyah. Beberapa sahabat Rasulullah Muhammad ﷺ tampak kecewa pada poin-poin Perjanjian Hudaibiyyah ini. Mereka
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Perjanjian Hudaibiyyyah (Arab: صلح الحديبية) adalah sebuah perjanjian yang diadakan di wilayah Hudaibiyyah Mekkah pada Maret, 628 M (Dzulqa'dah, 6 H). Hudaibiyah terletak 22 KM arah Barat dari Mekkah menuju Jeddah, sekarang terdapat Masjid Ar-Ridhwân. Nama lain Hudaibiyah adalah Asy-Syumaisi yang diambil dari nama Asy-Syumaisi yang menggali sumur di Hudaibiyah.
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Namun karena saat itu kaum Quraisy di Mekkah sangat anti terhadap kaum Muslim Madinah (terkait kekalahan dalam Perang Khandaq), maka Mekkah tertutup untuk kaum Muslim. Quraisy, walaupun begitu, menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah. Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap kekuatan militer Islam yang sedang berkembang. Nabi Muhammad ﷺ mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Mekkah, karena Mekkah adalah tempat suci.
Garis besar Perjanjian Hudaibiyah berisi:
Atas nama Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini perjanjian antara Muhammad dan Suhail bin Amru, perwakilan Quraisy.
Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad, diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah.
Kisah Umar bin
Khatthab Radhiyallahu 'anhu
Diantara
shahabat yang tidak bisa menerima isi perjanjian ini adalah Umar bin Khatthab
Radhiyallahu 'anhu.
Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu (رضي الله عنه) menceritakan sendiri bagaimana sikapnya saat mengetahui isi perjanjian ini. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang menghadap Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :
أَلَسْتَ نَبِىَّ
اللَّهِ حَقًّا قَالَ : بَلَى
Bukankah Engkau benar seorang Nabi Allâh ? Beliau Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tentu.”
قُلْتُ أَلَسْنَا
عَلَى الْحَقِّ وَعَدُوُّنَا عَلَى الْبَاطِلِ قَالَ : بَلَى
Aku (Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu) bertanya, ” Bukankah kita di atas kebenaran sementara musuh berada di atas kebatilan?” Beliau ﷺ menjawab, “Tentu”
. قُلْتُ
فَلِمَ نُعْطِى الدَّنِيَّةَ فِى دِينِنَا إِذًا ؟ قَالَ : إِنِّى رَسُولُ اللَّهِ
، وَلَسْتُ أَعْصِيهِ وَهْوَ نَاصِرِى
Aku (Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu) bertanya, “Kalau begitu, kenapa kita memberikan kerendahan pada agama kita ?”
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Aku adalah utusan Allâh,
dan Aku tidak akan mendurhakai-Nya dan Dialah penolongKu”.
قُلْتُ
أَوَلَيْسَ كُنْتَ تُحَدِّثُنَا أَنَّا سَنَأْتِى الْبَيْتَ فَنَطُوفُ بِهِ . قَالَ
: بَلَى ، فَأَخْبَرْتُكَ أَنَّا نَأْتِيهِ الْعَامَ ؟
Aku (Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu) bertanya, “Bukankah engkau telah mengatakan bahwa kita akan mendatangi Ka’bah kemudian kita melakukan ibadah thawaf di sana ?”
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar, (akan tetapi) apakah aku
mengatakan kepadamu bahwa kita akan mendatangingya pada tahun ini ?”
قُلْتُ : لاَ
. قَالَ : فَإِنَّكَ آتِيهِ وَمُطَّوِّفٌ بِهِ
Aku (Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu) menjawab, “Tidak!” Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Sesungguhnya engkau akan mendatanginya dan melakukan thawaf.”
Dan Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu mendatangi Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu dan mengutarakan perkataan yang sama seperti yang diutarakan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu mengingatkan Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu, “Sesungguhnya ia adalah benar-benar utusan Allâh dan dia tidak sedang menyelishihi Rabbnya dan Dialah penolongnya, patuhilah perintahnya ! Demi Allâh Azza wa Jalla sesungguhnya ia di atas kebenaran” [HR. al-Bukhâri/al-Fath (11/167- 178/ no:2731,2732) dan (12/271/ no:3182) dan Muslim (3/1412/no:1785) dan Ahmad (4/325) dengan sanad yang hasan, dan Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan. Ibnu Hisyam (3/439-440) mirip dengan riwayat di Bukhari.]
Baca juga :
Baca juga :
Kisah turunnya surat Al Fath [48]:1
Setelah menyelesaikan akad perjanjian dan melakukan ibadah kurban, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat kembali ke Madinah setelah meninggalkannya selama satu bulan lebih.
Dalam perjalanan
kembali ke Madinah, peristiwa menakjubkan yang merupakan mu’jizat Rasulullah Muhammad ﷺ kembali terjadi, yaitu peristiwa makanan dan
minuman yang bertambah banyak. Peristiwa serupa pernah terjadi pada perang
Khandaq pada makanan yang dibawa oleh Jabir dan juga pada air sumur
Hudaibiyyah. Peristiwa kali ini diceritakan oleh Salamah bin al-Akwa’
Radhiyallahu 'anhu bahwa ketika mereka merasa lapar dan dahaga, mereka hampir
saja menyembelih hewan tunggangan mereka. Namun niat mereka ini urung mereka
laksanakan, karena Rasulullah Muhammad ﷺ meminta perbekalan
yang ada, lalu mendo’akan sehingga bisa mencukupi dan bisa mengenyangkan semua pasukan,
bahkan mereka bisa memenuhi wadah-wadah perbekalan mereka. [
Dalam perjalanan
kembali ke Madinah ini pula, Allâh Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya :
إِنَّا فَتَحْنَا
لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
Innā fataḥnā laka fatḥam mubīnā(n).
Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda tentang ayat ini :
لَقَدْ أُنْزِلَتْ
عَلَيَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
"Sungguh telah
diturunkan kepadaku malam sebuah surat yang sungguh dia lebih aku sukai dari
pada tempat terbitnya matahari (dunia)." [
Mendengar sabda
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu bertanya keheranan, “Apakah
ini sebuah kemenangan ?” Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Ya.” Sejak saat itu jiwa Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu tenang. [HR. Muslim (3/1412,
no. 1785)]
Artikel terkait :
Kaum Muslimin pun merasakan kebahagiaan yang amat sangat, Mereka seakan baru menyadari ketidakmampuan mereka untuk mengetahui semua faktor penyebab dan hasil akhir sesuatu dan mereka pun menyadari bahwa semua kebaikan itu ada pada sikap taslîm (pasrah dan tunduk) kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
Kebenaran adalah
milik Allah سُبْحَانَهُ
وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya
kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam
'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.