Apa sebenarnya perbedaan aḥad dan wahid ? Mengapa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjelaskan tentang dzat-Nya dengan kata ahad dan bukan bukan dengan kata wahid sebagaimana dalam surah Al-Ikhlas ayat [112]:1.
Mari terlebih dahulu kita biasakan membaca Al-Fātiḥah terlebih dahulu, mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pemurah & Maha Perkasa berkenan memberikan kemudahan bagi kita untuk memahaminya.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
امِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Para ulama menjelaskan tentang bilangan dalam Al Qur'an dapat berarti menjelaskan tentang dzat bilangan atau tentang pensifatan bilangan.
Blog ini kami tulis agar mudah difahami oleh pembaca dalam berbagai bahasa [silahkan gunakan fasilitas google translate], dengan tujuan : memaknai isi tulisan secara benar (sesuai yang dimaksud), dalam hal ini Ajaran Islam yang diturunkan dalam bahasa Arab. Karena keterbatasan penterjemahan antar satu bahasa ke bahasa yang lain.
Bilangannya satu maka adanya pensifatannya satu, bilangannya dua berarti pensifatannya adanya dua, bilangannya tiga maka pensifatannya tiga, bilangannya empat pensifatannya empat.
Maka bilangan itu bisa digabung tetapi pensifatannya tidak bisa digabungkan. Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Al Qur'an surat Al-Ikhlas ayat 1 :
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. QS. Al-Ikhlas [112] : 1
Lafaz ahad
(berarti : Esa) karena pensifatan, maka tidak mungkin adanya kumpulan
bilangannya. Maka jika dikatakan wahid (yang berarti satu) akan memungkinkan
adanya tuhan selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى . Sedang tidak ada tuhan kecuali Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. (Kata : Esa ditulis dengan awalan huruf besar atau kecil adalah bermakna sama : satu tidak yang selainnya)
Di antara perbedaan
lafaz aḥad dan wahid adalah bahwa wahid itu yang dapat menerima adanya
penambahan, sedangkan aḥad tidak mungkin menerima adanya itu semua atau adanya
penambahan.
Misalnya ketika
dikatakan Mr. Xyz masuk dan satu (wahid) orang tidak berdiri
untuknya, maka persoalannya tidak berhenti disitu sebab ada peluang untuk
mengatakan ada dua (itsnani) orang yang tidak berdiri
untuknya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjelaskan tentang Dzat-Nya dengan kata "Ahad" bukan "Wahid" karena "Ahad" berarti Esa dan tidak mungkin adanya kumpulan bilangannya. Jika dikatakan "Wahid", akan memungkinkan adanya tuhan selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, sedangkan tidak ada tuhan kecuali Allah. Asmaul Husna Al Ahad berarti Allah merupakan satu-satunya Dzat yang tidak memiliki tandingan dan tidak akan tertandingi. Al-Wahid adalah Esa dalam Dzat, sedangkan Al-Ahad adalah Esa dalam makna yang tidak ada yang berserikat dengan Allah di dalamnya.
Beberapa ulama menjelaskan bahwa bilangan dalam Al Qur'an itu datang dengan empat cara yaitu :
- Untuk menunjukan hukum syar'i.
- Untuk menceritakan kisah-kisah dalam Alquran.
- Untuk menceritakan tentang perkara-perkara ghaib,
- Untuk mengimbau melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Baca juga :
Kebenaran adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Wallahu a’lam bishawab. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Rahmaan & Rahiim berkenan memberikan hidayah-Nya kepada kita, keturunan Nabiyullah Sayyidina Adam 'Alaihissalam. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Semoga bemanfaat.